INGIN PUNYA PENGHASILAN BESAR, SILAHKAN KUNJUNGI WEBSITE INI :

Anda Pengunjung Ke ...

Monday, February 9, 2009

Barongsai Dikembangkan Di Kendari

-- Diyakini Pembawa Berkah, Kini Bukan Saja Digeluti Warga Tianghoa

Kemeriahan Imlek, tidak terlepas dari atraksi Barongsai. Budaya warga Tionghoa, yang mempertontonkan atraksi akrobat dan diyakini bisa mendatangkan berkah bagi mereka yang memesan.

Kawijaya, pelatih dan orang yang pertamakali mengembangkan tradisi budaya Barongsai di Kota Kendari meyakini bahwa seni Barongsai dapat membawa berkah bagi mereka yang menyaksikan.

Gambar barongsai datangi Gubernur Sultra Nur Alam




Pria uzur yang enggan menyebutkan umurnya itu dan masih terlihat kokoh, punya alasan yang telah dibuktikan. Terlepas benar atau tidak, katanya, terpilihnya Nur Alam sebagai Gubernur Sultra dan Ir Asrun sebagai Wali Kota Kendari, tidak terlepas berkah dari menyaksikan pertunjukan barongsai, yang dilakukan sebelum pemilihan.

Gambar Kawijaya, pelatih Barongsai dan para muridnya



"Hanya Pak Nur Alam dan Asrun yang sering menyaksikan pertunjukan barongsai. Calon lainnya, belum pernah nonton. Karena itu mereka (Nur Alam dan Ir Asrun red) mendapat berkah dan terpilih," kenang Kawijaya.

Ia pun mulai merunut, awal dirinya mendalami seni budaya Barongsai. Seni barongsai ia pelajari dari seorang teman di Ujung Pandang. Karena menyaksikan pertunjukannya, Kawijaya muda mulai tertarik untuk mendalami seni barongsai.

Untuk di Kendari, ia mulai merintis mengembangkan seni barongsai sejak tahun 2004. "Sebelum era reformasi, tradisi ini sulit berkembang, "timpalnya. Munculnya perhatian pemerintah dan menjadikan barongsai sebagai bagian budaya nasional, membuka tabir pengembangan seni akrobat yang mengandalkan kekuatan fisik itu.

Awal ia dirikan "perguruan" barongsai yang berpusat di vihara Eka Dharma Manggala (depan Kendari Beach), diikuti oleh 20 lebih murid, dari berbagai suku. "Barongsai bukan lagi milik warga Tianghoa, tapi sudah menjadi budaya Nasional," terangnya.

Namun saat ini, murid-muridnya yang bertahan tinggal 10 orang, dan didominasi oleh warga lokal, yang berasal dari wilayah Ranomeeto. Agar membuat mereka tetap tertarik mempelajari barongsai, ongkos transportasi ditanggungnya. Setiap hari Kawijaya harus merogok kocek Rp 100 Ribu, untuk membiayai murid-muridnya. "Mendekati hari raya Cap Gome tiap hari mereka latihan," timpalnya.

Untuk belajar seni barongsai gampang-gampang susah, tergantung kemauan orangnya untuk mempelajari. Jika mempunyai keinginan kuat, akan cepat menguasai seni akrobatik asal Negeri Tirai Bambu itu.
Awalnya Kawijaya mengajarkan ketahanan fisik, untuk kekuatan kuda-kuda. Setelah dirasa cukup, kemudian diajarkan langkah. "Kita ajarkan mereka kungfu sebagai dasar dari seni Barongsai, "ucapnya.
Sedangkan untuk tekhnik gerakannya, para anggota barongsai ini banyak mendapatkan dari hasil menyaksikan VCD yang menjadi koleksinya. Selain itu, sering menyaksikan gerakan binatang. Jika memegang barongsai macan, harus tahu bagaimana sikap macan, saat menyerang dan bertahan. Orang yang bisa dibilang menguasai seni barongsai, bila bisa membuat barongsai nampak hidup seperti binatang asli.


No comments:

Post a Comment

MASAALAH KEUANGAN ANDA DIJAMIN TERPECAHKAN! SILAHKAN BERKUNJUNG: